Sands Speak: Lihat ! Awan itu Mirip......(Pareidolia)

Pareidolia (dibaca pa-ri-doh-lee-a) adalah kemampuan stimulus otak manusia untuk memproses apa yang dilihat/didengar menjadi suatu pola yang dikenal. Misalnya saat kita memperhatikan awan di langit, guratan dan lekak lekuk di batu atau pohon, kue-kue yang baru digoreng atau dibakar, letak jendela-jendela bangunan, lalu merasakan kemiripannya dengan bentuk yang kita kenal. Sering sekali kemiripan tersebut disetujui secara umum, artinya banyak orang mampu melihat pola yang sama. So, Pareidolia berbeda dengan khayalan atau imajinasi. Mungkin berkaitan, artinya kita harus punya daya khayal untuk mampu melihat pola tersebut ?

Tentunya banyak study yang mempelajari kemampuan Pareidolia, salah satunya menyatakan bahwa kemampuan Pareidolia erat kaitannya dengan keyakinan akan supranatural, semakin kuat keyakinan tersebut pada diri seseorang, semakin tinggi kemampuannya menerjemahkan pola acak menjadi suatu yang signifikan, Dan memang yang paling populer dan menghebohkan adalah jika gambar tafsiran berhubungan dengan symbol atau figure keagamaan. Dan sering juga kecendrungan tersebut menjadi suatu disorder alias gangguan kejiwaan, apa saja diterjemahkan, detail apapun menjadi suatu pola, itu yang berbahaya.

Pareidolia yang sangat terkenal bisa juga menjadi asal muasal suatu legenda, contohnya : Batu Malin Kundang di Padang dan Batu Gantung di Danau Toba.

Bagi pemburu aliens, adalah suatu tugas rutin untuk mempelajari foto-foto yang diambil di daratan planet lain, Mars contohnya, dan tak jarang mereka mempublikasikan penemuan mereka sebagai bukti adanya kehidupan di sana, susunan batu berupa pyramid, wajah, atau sosok makhluk, Contohnya Cydonia (Region of Mars).

Hermann Rorscharch adalah seorang ahli psychology asal Jerman memanfaatkan Pareidolia untuk psycho test, yang dikenal dengan inkblot test. Gambar acak oleh cipratan tinta akan ditafsirkan oleh peserta test, persepsinya akan dianalisa dan diambil kesimpulan tentang kejiwaan dan emosi (personality characteristics and emotional functioning) si peserta.