Di tempat kami si talas-talasan yang satu ini hidup liar, di mana saja dengan
kondisi tanah memungkinkan, dia akan tumbuh mengembangkan daunnya yang super
lebar berbentuk bulat hati. Di Indonesia ia dikenal dengan nama Talas Padang, Kemumu,
Kajar-Kajar, Lumpuy. Dalam bahasa Inggris disebut Giant Elephant Ear, Indian
Taro, Thai Giant. Dalam bahasa Latin
namanya Colocasia gigantea. Cukup gagah dan fotogenik penampilannya jika tumbuh maksimal, namun untuk menjadikannya sebagai tanaman hias butuh space yang luas, jika ditanam di pot yang membatasi gigantismenya jadi kurang menarik.
Masih satu family (Araceae atau Arum) dan satu genus (Colocasia atau Tarul/Taro) dengan Colocasia
esculenta alias keladi atau talas yang umbinya kita makan. Umbi talas padang
tidak enak, makanya tidak populer sebagai santapan, namun batangnya alias
lompong bisa dijadikan sayuran seperti halnya lompong keladi. Tidak hanya di Indonesia, di negara
lain seperti Vietnam, Thailand bahkan Jepang, tangkai talas padang diolah jadi lauk, namun harus diolah benar, karena daun dan batang tumbuhan ini mengandung miang yang bisa menimbulkan gatal.
Bunganya mirip bunga flamingo berwarna putih dengan seludang
yang agak menguncup. Ciri-ciri Keluarga Talas-talasan (Araceae) adalah memiliki bunga majemuk yang duduk berjejalan di tongkol
bunga (spadix) yang disebut inflorescense dan dilengkapi seludang.
Ada talas-talasan lain yang dekat dengan Colocasia gigantea,
sama raksasanya, daunnya agak panjang/lonjong berwarna hijau tua mengilat,
tidak butek dan pucat seperti daun talas padang. Nama ilmiahnya Alocasia
macrorrhiza, Di Indonesia dikenal dengan nama Bira atau Sente, sering dijumpai
juga di alam liar. Makanya ada dugaan
bahwa Colocasia gigantea adalah hasil kawin silang oleh alam antara A.macrorrhiza
dan C.esculenta.
Beberapa foto tanaman Talas Padang di dekat rumah :
Beberapa foto tanaman Talas Padang di dekat rumah :
Fotoristik aku suka
BalasHapusterimakasih min bermanfaat sekali ilmunya
BalasHapus