Jumat, 27 Januari 2017

Seni Mendesain Makanan Ala Jepang : Kaiseki



Porsi kecil, dihidangkan dengan aneka wadah yang indah, beda-beda, mangkuk kecil, piring kecil, piring besar, unik-unik, beragam macam. Dan ini yang menarik, semua ditata dengan teknik dan seni seperti layaknya merangkai bunga.
 
Kaiseki (dalam tulisan kanji 懐石) atau Kaiseki-ryōri (懐石料理) adalah hidangan menu lengkap tradisional ala Jepang, kalau di barat setara Haute Cuisine alias Hidangan berkelas. Biasanya berupa dinner atau makan malam. 


Kaiseki 懐石 arti harfiahnya adalah “batu dalam pelukan”, asalnya dari kebiasaan biarawan Zen dulu menyimpan batu hangat dibalik jubah mereka untuk mengurangi rasa lapar sembari menunggu dimulainya upacara minum the bersama.


Ada dua type Kaiseki, yakni jika Kaiseki dalam bahasa kanji ditulis sebagai 会席 dan kaiseki-ryōri sebagai 会席料理, itu artinya Kaiseki yang hadir adalah berupa satu set makanan untuk perorangan yang dihidangkan secara bertahap, dimulai dari menu pembuka, menu utama hingga penutup, total bisa mencapai 10 bahkan belasan macam. Dengan tampilan yang memukau dan porsi imut-imut untuk tiap sajian. Quality berbicara di sini, not quantity. Setelah 10 – 14 macam, kalau kita doyan semua ya jamin kenyang juga.


Kemudian ada Kaiseki yang ditulis sebagai懐石 atau Kaiseki-ryōri 懐石料理, Hidangan yang disediakan oleh tuan rumah dalam acara kumpul minum teh bersama. yang dikenal juga sebagai Cha-kaiseki. 


Sebagai orang Indonesia yang selalu memuja citarasa makanan, warteg dan daun pisang juga oke asal yummy. Jelas sangat mengagumi keterampilan dan ketelatenan mereka menghias dan merangkai makanan, sehingga tampil sebagai sebuah karya seni yang sakral; bahwa menyantap makanan bukan sekedar untuk mengenyangkan, mata juga selalu dimanjakan. 


Setelah itu ya Kaiseki atau bukan, sampai di meja kami nasibnya enggak beda dengan makanan lain, sikattt ! Enak atau tidak enak menurut lidah dan selera. Itu saja yang akan menuai pujian atau dilupakan nantinya. Oh teganya !

Contoh tampilan makanan yang disajikan oleh   Kissho Den, satu tempat perjamuan di dalam kompleks Sumiyoshi Taisha (Sumiyoshi Grand Shrine) di Osaka.








 
Tidak ketinggalan sake yang disajikan dalam Masu atau cangkir yang terbuat dari kayu Japanese Cypress yang wangi, sakenya segera jadi wangi juga. Menurut sejarahnya masu adalah gelas takar beras zaman dulu sebelum ada timbangan. Sekarang juga bisa digunakan sebagai penakar beras untuk yang mau diet, hehe ! Kemudian populer sebagai cangkir sake.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar