Porsi kecil, dihidangkan dengan aneka wadah yang indah,
beda-beda, mangkuk kecil, piring kecil, piring besar, unik-unik, beragam macam.
Dan ini yang menarik, semua ditata dengan teknik dan seni seperti layaknya
merangkai bunga.
Kaiseki (dalam tulisan kanji 懐石) atau Kaiseki-ryōri (懐石料理) adalah hidangan menu lengkap tradisional ala Jepang, kalau di barat setara Haute Cuisine alias Hidangan berkelas. Biasanya berupa dinner atau makan malam.
Kaiseki (dalam tulisan kanji 懐石) atau Kaiseki-ryōri (懐石料理) adalah hidangan menu lengkap tradisional ala Jepang, kalau di barat setara Haute Cuisine alias Hidangan berkelas. Biasanya berupa dinner atau makan malam.
Kaiseki 懐石 arti harfiahnya
adalah “batu dalam pelukan”, asalnya dari kebiasaan biarawan Zen dulu menyimpan
batu hangat dibalik jubah mereka untuk mengurangi rasa lapar sembari menunggu dimulainya
upacara minum the bersama.
Ada dua type Kaiseki,
yakni jika Kaiseki dalam bahasa kanji ditulis sebagai 会席 dan kaiseki-ryōri
sebagai 会席料理,
itu artinya Kaiseki yang hadir adalah berupa satu set makanan untuk perorangan yang dihidangkan secara bertahap, dimulai
dari menu pembuka, menu utama hingga penutup, total bisa mencapai 10 bahkan belasan macam. Dengan tampilan yang memukau dan porsi
imut-imut untuk tiap sajian. Quality berbicara di sini, not quantity. Setelah
10 – 14 macam, kalau kita doyan semua ya jamin kenyang juga.
Kemudian ada Kaiseki yang
ditulis sebagai懐石 atau Kaiseki-ryōri 懐石料理, Hidangan yang disediakan oleh tuan rumah dalam acara kumpul minum teh bersama. yang
dikenal juga sebagai Cha-kaiseki.
Sebagai orang
Indonesia yang selalu memuja citarasa makanan, warteg dan daun pisang juga oke
asal yummy. Jelas sangat mengagumi keterampilan dan ketelatenan mereka menghias
dan merangkai makanan, sehingga tampil sebagai sebuah karya seni yang sakral;
bahwa menyantap makanan bukan sekedar untuk mengenyangkan, mata juga selalu
dimanjakan.
Setelah itu ya
Kaiseki atau bukan, sampai di meja kami nasibnya enggak beda dengan makanan
lain, sikattt ! Enak atau tidak enak menurut lidah dan selera. Itu saja yang
akan menuai pujian atau dilupakan nantinya. Oh teganya !
Contoh tampilan makanan yang disajikan oleh Kissho Den, satu tempat perjamuan di dalam kompleks Sumiyoshi Taisha (Sumiyoshi Grand Shrine) di Osaka.
Contoh tampilan makanan yang disajikan oleh Kissho Den, satu tempat perjamuan di dalam kompleks Sumiyoshi Taisha (Sumiyoshi Grand Shrine) di Osaka.
Tidak ketinggalan sake yang disajikan dalam Masu atau cangkir yang terbuat dari kayu Japanese Cypress yang wangi, sakenya segera jadi wangi juga. Menurut sejarahnya masu adalah gelas takar beras zaman dulu sebelum ada timbangan. Sekarang juga bisa digunakan sebagai penakar beras untuk yang mau diet, hehe ! Kemudian populer sebagai cangkir sake.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar